source by : |
Media
massa merupakan suatu alat yang akan selalu dikenal oleh masyarakat sebagai
ladang informasi dan pusat hiburan. Ketika seseorang sudah lelah menjalankan
aktivitas sehari-hari , mereka akan mencari hiburan dari mana saja dan media
massa seperti televisi saat ini yang paling sering digunakan masyarakat sebagai
tempat mencari hiburan , karena mudah digunakan dan dapat ditemukan dimana-mana. Selain itu
televisi menampilkan informasi dalam bentuk gambar yang bergerak dan suara
sehingga lebih menarik perhatian masyarakat dan lebih mudah dimengerti.
Televisi banyak menampilkan berbagai acara mulai dari reality show, infotainment,
drama, film, iklan, talkshow, dsb.
source by :https://blogteknologigadget.wordpress.com/tag/tv-kabel-indonesia/ |
Televisi
saat ini semakin digemari masyarakat, terutama anak-anak atau remaja umur
10-16th lah yang paling sering menonton televisi, hadirnya televisi berbayar
yang menayangkan siaran internasional semakin menarik perhatian para remaja
yang masih dalam proses pencarian jati diri dan ingin mengetahui lebih jauh
lagi kehidupan dinegara asing terutama negara maju. Mereka beranggapan bahwa
mengikuti gaya hidup budaya barat bisa membuat status diri mereka meningkat dikalangan
sosial atau pergaulan remaja. Jika ditelaah lebih jauh lagi sebenarnya
film-film hollywood yang tayang di televisi berbayar tanpa ada sensor justru
malah tidak memiliki kualitas yang baik untuk umur mereka yang sedang berada
pada tahapan pengembangan diri. Mereka disuguhkan dengan drama percintaan atau
pergaulan anak muda yang mengandung unsur sex dan bahkan drama persaingan yang
secara tidak sehat atau penindasan antar teman
seperti bullying, pemerkosaan, pelecehan seksual dan diskriminasi sosial.
source by: American Pie film cover |
Adegan-adegan seperti sex bebas dan yang
menunjukan bagian intim dapat dikatakan sebagai pornografi , definisi dari
pornografi itu sendiri sebagai representasi eksplisit(gambar, tulisan, lukisan,
dan foto)dari aktivitas seksual atau hal yang tidak senonoh , yang dimaksudkan
untuk dikomunikasikan ke publik.(R. Ogien ,2003:31,47). Salah satu contoh film
yang mengandung unsur pornografi adalah film American Pie, tentunya hampir
seluruh anak muda di berbagai belahan negara termasuk Indonesia sendiri
menonton film American Pie, film ini sangat mendeskripsikan bagaimana fenomena
pergaulan bebas di negara barat itu dan kita bisa melihat eksploitasi tubuh wanita yang diekspos secara binal sekali dengan
memakai bikini dan bahkan ada yang bertelanjang dada , yang lebih mirisnya lagi
para lelaki difilm tersebut benar-benar melakukan adegan memegang payudara
wanita yang sedang memakai bikini dan melakukan seks bebas dengan kekasih
mereka. Pada film tersebut juga terdapat adegan bullying dimana geng lelaki
yang terkenal disekolah itu menindas wanita yang kurang pergaulan atau
anak-anak culun dengan cara merobek pakaian si wanita dan memaksa wanita
tersebut mencium anak lelaki tersebut dan adegan-adegan yang ada di film ini
dikemas secara komedi, miris sekali melihat seksualitas yang sangat sensitif
untuk wanita malah dikemas secara jenaka dan tidak dipandang sebagai suatu hal
yang berharga. Para lelaki yang melakukan adegan seks dalam film itu seakan
mereduksi pasangan perempuan melulu sebagai objek pemuasan diri.
Film seperti itu hanyalah salah satu
dari berjuta-juta film remaja hollywood yang telah beredar di Indonesia,
antusias anak muda di Indonesia menonton film yang mengusung kehidupan remaja
diluar negeri sangat tinggi sekali, mereka masih memiliki pandangan bahwa jika
mengikuti pergaulan dan pemikiran dari negara barat maka mereka akan semakin
terlihat hebat dikalangan lingkungan kehidupannya sehingga meningkatkan status
sosial pergaulan mereka. Padahal tanpa mereka sadari mereka telah dibodohi oleh
film tersebut dan malah bisa menjerumuskan mereka ke perbuatan yang tidak baik.
Kita bisa melihat banyak contoh kasus pernikahan muda yang terjadi di Indonesia
akibat hamil diluar nikah, pemerkosaan, seks bebas yang sedang marak dikalangan
pelajar, dan pelecehan seksual yang terjadi di transportasi-transportasi umum.
Dengan bahasa lugas , hal-hal pornografi yang terdapat pada film-film dianggap
akan menimbulkan rangsangan seksual sehingga akan mendorong perilaku yang
membahayakan atau merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Seperti yang
dikatakan pada teori behavioristik yang dicetuskan oleh gage dan berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman , aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus response sebenarnya sama-sama mendudukan pembelajar pada posisi pasif.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukan perilakunya.
Menurut teori ini yang paling terpenting adalah stimulus dan output yang berupa
respon, seperti contoh dalam kasus ini stimulus merupakan apa yang telah
diberikan media sebagai suatu pembelajaran bagi penontonnya, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan penonton terhadap apa yang diberikan media. Respon
yang terjadi justru anak muda saat ini mengadaptasikan apa yang ada di
film-film hollywood ke kehidupan pribadi mereka.
Sebenarnya
perkara mengenai pornografi memunculkan berbagai macam kontroversi, menurut
teori peniruan semakin banyak seseorang mengkonsumsi hal-hal pornografi didalam
hidupnya semakin pula ia terdorong untuk ikut melakukan (ibid.., 80) . Tetapi
hipotesis teori catharsis justru mengatakan sebaliknya, bahwa semakin orang
sering mengkonsumsi pornografi , semakin tidak ingin melakukan.
Kontroversi
pemahaman tersebut sebenarnya kembali lagi pada individu masing-masing apakah
ia akan mengkonsepsikan pornografi sebagai hal yang baik atau sebagai hal yang
buruk, pengaruh hal yang baik dan hal yang buruk sebenarnya berdasarkan dari
keimanan individu atau faktor keagamaan seseorang. Yang terpenting adalah bagaimana
supaya hukum yang melarang pornografi jangan sampai menjadikan perempuan
sebagai korban lagi. Bahayanya ialah akibat tindak asusila yang muncul akan
menimbulkan peraturan-peraturan yang ekstra ketat bagi kaum perempuan sehingga membatasi ruang
lingkup ekspresi perempuan karena para
perempuan akan mendapatkan peraturan cara berpakaian , tampil, dan seni . Yang
paling penting dalam hal ini untuk mengurangi dampak negatif dari pornografi ke
masyarakat terutama remaja yang masih dalam tahap pencarian jati diri adalah
negara haruslah bisa menjadi polisi moral atau memberikan pengawasan ekstra
ketat terhadap pengaruh-pengaruh buruk dari budaya barat melalui media massa
yang tentunya sangat tidak sesuai dengan budaya kita, dan para penegak hukum
jangan sekali-kali menyepelekan kasus kecil pelecehan seksual yang terjadi
dikalangan masyarakat seperti pelecehan menyentuh bagian intim, karena dari
pelecehan kecil tersebut bisa menimbulkan akibat yang lebih fatal selanjutnya. Masyarakat
saat ini juga haruslah selektif dalam memilih program-program di televisi dan
orang tua harus lebih ketat lagi dalam mengawasi anak-anak dibawah umur untuk
menikmati program yang tidak layak untuk usia mereka.