Rabu, 07 Januari 2015

Krisis Moral Remaja Pada Perfilman Hollywood

source by : kolom.abatasa.co.id

Media massa merupakan suatu alat yang akan selalu dikenal oleh masyarakat sebagai ladang informasi dan pusat hiburan. Ketika seseorang sudah lelah menjalankan aktivitas sehari-hari , mereka akan mencari hiburan dari mana saja dan media massa seperti televisi saat ini yang paling sering digunakan masyarakat sebagai tempat mencari hiburan , karena mudah digunakan dan  dapat ditemukan dimana-mana. Selain itu televisi menampilkan informasi dalam bentuk gambar yang bergerak dan suara sehingga lebih menarik perhatian masyarakat dan lebih mudah dimengerti. Televisi banyak menampilkan berbagai acara mulai dari reality show, infotainment, drama, film, iklan, talkshow, dsb.
source by :https://blogteknologigadget.wordpress.com/tag/tv-kabel-indonesia/

Televisi saat ini semakin digemari masyarakat, terutama anak-anak atau remaja umur 10-16th lah yang paling sering menonton televisi, hadirnya televisi berbayar yang menayangkan siaran internasional semakin menarik perhatian para remaja yang masih dalam proses pencarian jati diri dan ingin mengetahui lebih jauh lagi kehidupan dinegara asing terutama negara maju. Mereka beranggapan bahwa mengikuti gaya hidup budaya barat bisa membuat status diri mereka meningkat dikalangan sosial atau pergaulan remaja. Jika ditelaah lebih jauh lagi sebenarnya film-film hollywood yang tayang di televisi berbayar tanpa ada sensor justru malah tidak memiliki kualitas yang baik untuk umur mereka yang sedang berada pada tahapan pengembangan diri. Mereka disuguhkan dengan drama percintaan atau pergaulan anak muda yang mengandung unsur sex dan bahkan drama persaingan yang secara tidak sehat atau penindasan antar teman  seperti bullying, pemerkosaan, pelecehan seksual dan diskriminasi sosial.
source by: American Pie film cover 

Adegan-adegan seperti sex bebas dan yang menunjukan bagian intim dapat dikatakan sebagai pornografi , definisi dari pornografi itu sendiri sebagai representasi eksplisit(gambar, tulisan, lukisan, dan foto)dari aktivitas seksual atau hal yang tidak senonoh , yang dimaksudkan untuk dikomunikasikan ke publik.(R. Ogien ,2003:31,47). Salah satu contoh film yang mengandung unsur pornografi adalah film American Pie, tentunya hampir seluruh anak muda di berbagai belahan negara termasuk Indonesia sendiri menonton film American Pie, film ini sangat mendeskripsikan bagaimana fenomena pergaulan bebas di negara barat itu dan kita bisa melihat eksploitasi tubuh wanita  yang diekspos secara binal sekali dengan memakai bikini dan bahkan ada yang bertelanjang dada , yang lebih mirisnya lagi para lelaki difilm tersebut benar-benar melakukan adegan memegang payudara wanita yang sedang memakai bikini dan melakukan seks bebas dengan kekasih mereka. Pada film tersebut juga terdapat adegan bullying dimana geng lelaki yang terkenal disekolah itu menindas wanita yang kurang pergaulan atau anak-anak culun dengan cara merobek pakaian si wanita dan memaksa wanita tersebut mencium anak lelaki tersebut dan adegan-adegan yang ada di film ini dikemas secara komedi, miris sekali melihat seksualitas yang sangat sensitif untuk wanita malah dikemas secara jenaka dan tidak dipandang sebagai suatu hal yang berharga. Para lelaki yang melakukan adegan seks dalam film itu seakan mereduksi pasangan perempuan melulu sebagai objek pemuasan diri.
Film seperti itu hanyalah salah satu dari berjuta-juta film remaja hollywood yang telah beredar di Indonesia, antusias anak muda di Indonesia menonton film yang mengusung kehidupan remaja diluar negeri sangat tinggi sekali, mereka masih memiliki pandangan bahwa jika mengikuti pergaulan dan pemikiran dari negara barat maka mereka akan semakin terlihat hebat dikalangan lingkungan kehidupannya sehingga meningkatkan status sosial pergaulan mereka. Padahal tanpa mereka sadari mereka telah dibodohi oleh film tersebut dan malah bisa menjerumuskan mereka ke perbuatan yang tidak baik. Kita bisa melihat banyak contoh kasus pernikahan muda yang terjadi di Indonesia akibat hamil diluar nikah, pemerkosaan, seks bebas yang sedang marak dikalangan pelajar, dan pelecehan seksual yang terjadi di transportasi-transportasi umum. Dengan bahasa lugas , hal-hal pornografi yang terdapat pada film-film dianggap akan menimbulkan rangsangan seksual sehingga akan mendorong perilaku yang membahayakan atau merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Seperti yang dikatakan pada teori behavioristik yang dicetuskan oleh gage dan berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman , aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
 Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus response sebenarnya sama-sama mendudukan pembelajar pada posisi pasif. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukan perilakunya. Menurut teori ini yang paling terpenting adalah stimulus dan output yang berupa respon, seperti contoh dalam kasus ini stimulus merupakan apa yang telah diberikan media sebagai suatu pembelajaran bagi penontonnya, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan penonton terhadap apa yang diberikan media. Respon yang terjadi justru anak muda saat ini mengadaptasikan apa yang ada di film-film hollywood ke kehidupan pribadi mereka.
Sebenarnya perkara mengenai pornografi memunculkan berbagai macam kontroversi, menurut teori peniruan semakin banyak seseorang mengkonsumsi hal-hal pornografi didalam hidupnya semakin pula ia terdorong untuk ikut melakukan (ibid.., 80) . Tetapi hipotesis teori catharsis justru mengatakan sebaliknya, bahwa semakin orang sering mengkonsumsi pornografi , semakin tidak ingin melakukan.
Kontroversi pemahaman tersebut sebenarnya kembali lagi pada individu masing-masing apakah ia akan mengkonsepsikan pornografi sebagai hal yang baik atau sebagai hal yang buruk, pengaruh hal yang baik dan hal yang buruk sebenarnya berdasarkan dari keimanan individu atau faktor keagamaan seseorang. Yang terpenting adalah bagaimana supaya hukum yang melarang pornografi jangan sampai menjadikan perempuan sebagai korban lagi. Bahayanya ialah akibat tindak asusila yang muncul akan menimbulkan peraturan-peraturan yang ekstra ketat  bagi kaum perempuan sehingga membatasi ruang lingkup ekspresi perempuan  karena para perempuan akan mendapatkan peraturan cara berpakaian , tampil, dan seni . Yang paling penting dalam hal ini untuk mengurangi dampak negatif dari pornografi ke masyarakat terutama remaja yang masih dalam tahap pencarian jati diri adalah negara haruslah bisa menjadi polisi moral atau memberikan pengawasan ekstra ketat terhadap pengaruh-pengaruh buruk dari budaya barat melalui media massa yang tentunya sangat tidak sesuai dengan budaya kita, dan para penegak hukum jangan sekali-kali menyepelekan kasus kecil pelecehan seksual yang terjadi dikalangan masyarakat seperti pelecehan menyentuh bagian intim, karena dari pelecehan kecil tersebut bisa menimbulkan akibat yang lebih fatal selanjutnya. Masyarakat saat ini juga haruslah selektif dalam memilih program-program di televisi dan orang tua harus lebih ketat lagi dalam mengawasi anak-anak dibawah umur untuk menikmati program yang tidak layak untuk usia mereka.